"Releasing the sand turns back time."
Film hasil adaptasi dari video games biasanya sangat mengecewakan, tapi ternyata Prince of Persia bisa mengubah pandangan itu. Film ini tidak seburuk yang saya kira. Tadinya saya fikir kalau film ini akan berakhir di lubang yang sama dengan film adaptasi video games lainnya. Hal ini juga yang membuat saya tidak langsung menonton ketika tayang di bioskop Jakarta, saya baru memutuskan untuk menonton hari ini. Keputusan saya untungnya tidak keliru, karena Prince of Persia bisa dibilang berhasil mengadaptasi video games dengan baik, meskipun saya sebelumnya tidak pernah bermain game ini. Filmnya menghibur dan sepasang pemeran utamanya benar-benar memanjakan mata.
Cerita film ini dimulai ketika King Sharaman (Ronald Pickup), raja Persia yang memutuskan untuk mengangkat seorang anak kecil di pasar bernama Dastan (Jake Gyllenhaal). Padahal sang raja sudah mempunyai dua orang anak lelaki bernama Tus (Richard Coyle) dan Garsiv (Toby Kebbell). Dastan tumbuh menjadi seorang pemuda dengan pribadi yang pemberani dan liar, ia lebih sering bermain dengan teman-temannya di perkampungan. Meskipun begitu, hubungan dengan kedua saudara tirinya termasuk baik. Suatu ketika, Tus memutuskan untuk menyerang daerah Alamut atas informasi yang diberikan oleh pamannya Nizam (Ben Kingsley). Dalam penyerangan itu secara tidak sengaja Dastan menemukan sebuah belati indah yang belakangan diketahui bahwa itu miliki putri Alamut, Tamina (Gemma Artenton). Belati ini ternyata memiliki kekuatan gaib yang bisa membawa pemiliknya kembali ke masa lalu. Karena belati ini juga Dastan akhirnya terjebak dalam sebuah situasi yang mengancam hidupnya.
Produser film ini, Jerry Bruckheimer memang dikenal sebagai salah satu top producer Hollywood. Biasanya film dan acara yang diproduseri Jerry entah bagaimana caranya pasti selalu berhasil menjadi Box Office dan menambah pundi-pundi uangnya. Mungkin juga Prince of Persia berhasil karena sentuhan dari sang produser ajaib ini? Mungkin saja. Meskipun dibekali cerita yang tidak istimewa dan mudah ditebak, buktinya Prince of Persia terbilang sukses. Pemilihan para bintang utama dalam film ini menjadi faktor utama kesuksesan. Lihat saja penampilan Jake Gyllenhaal benar-benar berubah total dalam film ini. Jake menjadi sosok heroik baru yang berbadan sixpacks, bahkan para werewolves dari Twilight saga pun sepertinya kalah telak. Begitu juga dengan Gemma Arterton yang sepertinya terlihat semakin cantik dari film ke film. Pasangan ini seperti punya daya tarik khusus untuk membuat penonton betah menonton Prince of Persia.
Terlepas dari plot cerita yang biasa-biasa saja, Prince of Persia berhasil menyuguhkan pemandangan gurun pasir yang indah. Cinematografi film ini juga baik, begitu juga dengan koreografinya. Hanya saja menurut saya adegan 'lompat-sana-lompat-sini' ala Dastan sedikit mengganggu alias 'lebay'. Humor yang disajikan juga terkesan nanggung. Tapi entahlah, secara keseluruhan film ini memang asik ditonton. Tipikal film Summer: menghibur. Dengan menyandang embel-embel 'diadaptasi dari video games', Prince of Persia pasti akan disaksikan dengan ekspektasi yang tidak terlalu tinggi dari penonton. Hal ini bisa menjadi nilai lebih, karena selesai menonton penonton akan balik memuji karena filmnya sendiri tidak seburuk yang mereka kira. Bisa dikatakan ini adalah salah satu film yang berhasil mengadaptasi video games dengan sangat baik. Setidaknya hasil gym Jake tidak sia-sia. :p
0 Response to "REVIEW: PRINCE OF PERSIA: THE SANDS OF TIME"
Posting Komentar