"This is impossible. Only if you believe it is."
Pertama kali tahu bahwa film Alice in Wonderland akan disutradarai oleh sutradara nyentrik Tim Burton saya langsung semangat dan menaruh ekspektasi yang sangat tinggi karena saya pikir film ini memang cocok sekali jika digarap oleh Tim Burton. Apalagi begitu tahu ada Johnny Depp dan Helena Bonham Carter, wow! Ternyata, entah karena ekspektasi yang terlalu tinggi atau bukan, film ini seperti kehilangan magic seorang Tim Burton. Saya mengira film ini akan sehebat karya Burton sebelumnya seperti Edward Scissorhands atau Big Fish, tapi Alice in Wonderland terlihat seperti bukan buatan Burton. Ceritanya sangat datar dan mudah ditebak, ditambah lagi dengan pemilihan Mia Wasikowska sebagai Alice yang ternyata belum terlalu bisa berakting. She absolutely had no connection with her character in this movie.
Kisah dibuka dengan Alice kecil yang selalu mengalami mimpi yang sama berulang-ulang, tentang suatu tempat asing yang memiliki kelinci putih, kucing tersenyum, ulat bulu besar berwarna biru, dan makhluk aneh lainnya. Beruntung sang ayah adalah seorang yang imaginatif dan selalu mengatakan bahwa tidak ada hal yang tidak mungkin di dunia ini. Tiga belas tahun kemudian Alice Kingsley (Mia Wasikowska) telah beranjak remaja, ayahnya telah meninggal dunia. Ia tengah berada dalam sebuah situasi dimana sang ibu dan saudara perempuannya memaksa agar ia mau menikah dengan pemuda bangsawan yang aneh. Ketika pemuda tersebut ingin melamarnya, tiba-tiba saja Alice melihat kelinci putih yang selalu ada dalam mimpinya sejak kecil. Ia mengikuti kelinci tersebut sampai akhirnya terperosok dalam sebuah lubang yang membawanya ke Underland. Lalu disana Alice bertemu dengan The Mad Hatter (Johnny Depp) yang memberitahunya kalau ia lah yang ditakdirkan membantu The White Queen (Anne Hathaway) untuk merebut kembali haknya sebagai pemimpin Underland dari tangan jahat The Red Queen (Helena Bonham Carter). Disana Alice juga bertemu dengan makhluk yang sudah sering ia lihat dalam mimpinya seperti Tweedledee/Tweedledum, Cheshire Cat, Blue Caterpillar, White Rabbit, dan makhluk lainnya. Lalu dimulailah petualangan Alice!
Kenapa Tim harus merubah Wonderland menjadi Underland? Sounds soooo weird.. Menurut saya itu hal yang tidak perlu dilakukan, seperti membuang sebuah esensi penting dalam film ini. Dengan naskah yang tidak dapat dibanggakan, beruntung Alice in Wonderland dikemas dalam visualisasi yang menarik khas Tim Burton. Sedikit lega melihat masih ada sedikit sentuhan Burton melalui gambar yang berwarna-warni tapi tetap sekaligus memberikan kesan misterius, karakter makhluk yang diperbaharui menjadi lebih segar dan unik. Akan tetapi ada bagian dari film ini yang terasa terlalu berlebihan dalam hal CGI, bahkan beberapa karakter benar-benar terlihat seperti kartun, bukan animasi. Animasi yang ditampilkan terkesan masih 'setengah matang'. Belum lagi saya dengar versi 3D-nya juga tidak terlalu terasa. Saya rasa menonton versi 2D sudah cukup. Ending film juga terkesan terburu-buru, keseluruhan film ini sudah dapat saya tebak dengan mudah dari awal. Ya, saya tahu ini memang diadaptasi dari serial anak-anak, tapi yang satu ini memang terasa too plain, too simple, too flat..
Dari semua kekurangan yang sudah saya sebutkan diatas, saya tetap tidak bisa bilang film ini jelek karena memang film ini cukup fun dan entertaining. Tepuk tangan meriah saya berikan untuk Helena Bonham Carter, istri Tim Burton, yang bermain sangat apik dalam memerankan karakter The Red Queen. Teriakan, intonasi, dan gelagatnya sangat pas dengan peran yang harus ia mainkan. Belum lagi dandanannya yang freak dengan kepala berbentuk hati yang super besar dan bibir love ala Jeng Kelin. Menghibur sekali. Johnny Depp yang memerakan The Mad Hatter memang jagonya peran-peran nyeleneh seperti ini dan sepertinya ia tidak kesulitan dengan perannya kali ini. Anne Hathaway tampil membawakan karakternya sebagai The White Queen yang sebenarnya agak konyol menurut saya, dengan tangan yang selalu melambai-lambai kesana kemari, but never mind, mungkin memang harus begitu. Ia cukup baik membawakan perannya. Seandainya saja peran Alice bukan dimainkan oleh Mia Wasikowska, entahlah.
Overall, film ini tetap layak untuk ditonton. Ceritanya standar namun dikemas dalam visualisasi yang indah dan sedap dipandang mata. Bagi yang tidak punya harapan terlalu tinggi pada film ini pasti akan sangat terhibur. Mungkin review saya kali ini sedikit subjektif karena saya terlalu mengharapkan sesuatu yang lebih dari seorang Tim Burton. Sudah pasti hal ini turut terpengaruhi oleh ekspektasi saya sejak awal. Namun biar bagaimanapun juga saya cukup menikmati film ini. In the end...it's NOT A BAD MOVIE at all, it's surely a perfect movie for family, but definitely not what I'd expected. :)
0 Response to "REVIEW: ALICE IN WONDERLAND"
Posting Komentar