REVIEW: SHUTTER ISLAND



























"Some Places Never Let You Go"

Sebuah karya terbaru dari sutradara Martin Scorsese yang pernah sukses memboyong Oscar dalam film The Departed (2006). Ini juga adalah hasil kolaborasi keempat antara Martin Scorsese dengan aktor kesayangannya sekarang ini (setelah Robert DeNiro), Leonardo DiCaprio. Sebelumnya Leo memang sudah beberapa kali bermain dalam film arahan Scorsese, sebut saja The Aviator, Gangs of New York, dan juga The Departed. Ketiga film tersebut terbilang sukses, begitu juga dengan Shutter Island yang sudah dua minggu berturut-turut berada di puncak tangga box office.

Shutter Island sendiri diadaptasi dari novel karya Dennis Lehane yang pernah menulis Mystic River dan Gone Baby, Gone. Novel-novel karya Dennis memang biasanya cenderung dark dan twisted, sama halnya dengan Shutter Island kali ini. Dan sutradara selevel Martin Scorsese menurut saya berhasil mengadaptasi dengan baik, meskipun saya sendiri belum membaca novelnya. Film ini terasa classic, dark, dan twisting. It will twist your mind from the beginning until the end. Mungkin alurnya akan terasa lambat di awal film, namun apabila anda sabar menunggu sampai akhir film anda pasti akan bergumam 'ohh begituuu..'

Bersetting tahun 1954, film ini menceritakan seorang anggota federal U.S Marshall bernama Teddy Daniels (Leonardo DiCaprio) dan partner kerja barunya Chuck Aule (Mark Ruffalo) yang sedang ditugaskan untuk berkunjung ke sebuah pulau terpencil guna menyelidiki tentang misteri hilangnya seorang pasien dari rumah sakit jiwa Ashecliffe. Sebenarnya Teddy memiliki maksud pribadi yang mengharuskannya menyelidiki rumah sakit jiwa tersebut, namun belum jelas dengan yang ingin dicarinya disana, ia dan partnernya malah merasa ada yang tidak beres dengan kepala rumah sakit jiwa, Dr.Cawley (Ben Kingsley), yang terkesan menutup-nutupi sesuatu. Teddy berusaha keras mencari bukti-bukti yang ada disana, namun selalu ditutupi oleh pihak rumah sakit. Sampai tiba-tiba Teddy selalu mendapatkan halusinasi dan mimpi aneh setiap hari sehingga ia mulai meragukan mana yang nyata dan mana yang halusinasi. Sebenarnya apa yang terjadi disana? Apakah Teddy tidak akan bisa keluar dari pulau tersebut?

Saran saya, kalau anda tidak suka dengan film-film beralur lambat, membingungkan, serta memaksa anda untuk berfikir keras selama menonton, sebaiknya lewatkan saja film ini. Karena saya jamin anda pasti bosan dan akan keluar bioskop sebelum film usai. Tapi kalau anda tanya bagaimana dengan saya? Ya, saya menikmati film ini. Saya ikut penasaran dengan alur dan misteri yang ada didalamnya, tidak merasa bosan sama sekali. Film ini memang sulit dicerna bagi semua orang, tidak semuanya dapat menikmati tipe film seperti ini. Tapi kalau anda memperhatikan filmnya dari awal dan sudah mengetahui kalau film ini memang mengusung psychological thiller, anda pasti akan puas.

Lewat film ini Martin Scorsese semakin menunjukkan jati dirinya sebagai sutradara kawakan, begitu juga Leonardo DiCaprio yang sudah tidak perlu diragukan lagi kualitas aktingnya. Mark Ruffalo tampil lumayan baik, tidak istimewa, tapi tetap bisa mengimbangi lawan mainnya. Aktor veteran, Ben Kingsley juga demikian. Michelle Williams hanya tampil sebentar dan aktingnya biasa saja. Shutter Island adalah film yang harus ditonton dengan hati-hati dari awal, perhatikan semua detail yang ada. Pada akhirnya, anda dan sang aktor dalam film ini akan dibiarkan menebak-nebak dan mencari jawaban sendiri. Bahkan saya rasanya ingin menonton sekali lagi agar semakin mengerti. Biasanya dalam film model twisting seperti ini, puzzle yang tidak terpecahkan pada saat awal menonton akan mudah terpecahkan pada kali kedua. Kalau sudah nonton, comment yaa..





0 Response to "REVIEW: SHUTTER ISLAND"

Posting Komentar