REVIEW: TRON: LEGACY 3D







































"The Grid. A digital frontier. Ships, motorcycles. With the circuit like freeways. I kept dreaming of a world I thought I'd never see."


TRON: Legacy is a good movie, but not a great one. Biar bagaimana pun saya harus mengakui kalau film ini sangat menghibur dari segi visual efek yang ditawarkan, namun di sisi lain plot ceritanya sangat dangkal. TRON: Legacy adalah sekuel dari sebuah film live-action produksi Disney yang kurang sukses pada tahun 1982 berjudul Tron. Film tersebut mendapatkan hasil Box-Office yang mengecewakan. Peruntungan kembali dicoba dalam sekuel terbaru ini yang tentunya memboyong teknologi visual yang lebih canggih, sepertinya kali ini TRON: Legacy berhasil mencapai angka yang lumayan, buktinya film ini berhasil menduduki peringkat satu dalam tangga Box-Office minggu ini. Terus terang, TRON: Legacy memang masuk ke dalam list 'most anticipated movie 2010' saya, trailernya yang keren pasti membuat semua orang yang melihat menjadi penasaran dan menaruh ekspektasi tinggi, terlebih pada versi 3D-nya. Entah apa karena ekspektasi yang terlalu tinggi, saya merasa kurang puas menonton versi 3D film ini. Tidak ada efek-efek 3D yang 'luar biasa', saya rasa menonton 2D saja sudah cukup keren karena memang setting dalam filmnya sudah dibuat sedemikian futuristik.

Film dibuka pada tahun 1989 dimana kita dikenalkan dulu kepada Sam Flynn, anak dari Kevin Flynn (Jeff Bridges); seorang pemilik perusahaan software komputer: Encom. Tiba-tiba Kevin menghilang dan Sam pun sedih ditinggal sang ayah. Dua puluh tahun telah berlalu, Sam (Garrett Hedlund) yang tadinya diasuh kakek dan neneknya sekarang sudah tinggal sendiri, dengan sisi financial berkecukupan, memiliki motor keren, dan tempat berteduh dengan pemandangan yang indah. Suatu hari kolega sang ayah mendatangi Sam dan berkata kalau ia mendapat pesan dari Kevin pada pager yang ia miliki. Sam pun mendatangi kantor lama ayahnya dan secara tidak sengaja ia tersedot dan masuk kedalam dunia digital hasil ciptaan sang ayah, The Grid. Kebingungan dan tidak tahu apa yang sedang dialaminya, Sam kemudian dipertemukan dengan sosok sang ayah yang masih tetap muda, tidak berubah sama sekali semenjak dua puluh tahun yang lalu. Tapi di sisi lain dalam The Grid, Sam juga bertemu sosok ayahnya yang sudah menua. Ternyata sang ayah juga menciptakan kloning dirinya, dan 'kembarannya' tersebut terlalu mengejar kesempurnaan sehingga bertindak semena-mena. Sam dan Kevin, ditemani Quorra (Olivia Wilde), bersama-sama menuju portal untuk kembali ke dunia manusia dengan waktu yang terbatas. Tentu saja mereka harus melewati dulu halangan dari Clu (kloningan Kevin Flynn) dan anak buahnya.

Kelemahan paling parah dari TRON: Legacy adalah plot dan dialog. Sedangkan nilai lebih datang dari segi visual efek dan soundtrack karya Daft Punk yang futuristik sehingga cocok dengan filmnya. Akting Garrett Hedlund sebagai pendatang utama di film ini lumayan baik, meskipun belum bisa disejajarkan dengan aktor-aktor muda Hollywood yang lain. Setelah ini Hedlund harus pintar memilih film yang akan dibintanginya agar namanya bisa segera menyusul Shia Labeouf dan lain-lain. Jeff Bridges tentu saja bermain baik, tetapi pada sosok Kevin Flynn muda, saya merasa efeknya terlalu 'lebay' sehingga Jeff Bridges malah terlihat seperti kartun, ohh well... Olivia Wilde juga tidak saya sangka bisa sekeren ini dengan perannya sebagai Quorra. Saya juga senang melihat Michael Sheen sekilas dengan peran uniknya sebagai Zuse. Secara keseluruhan, mungkin TRON: Legacy tidak sesuai dengan ekspektasi saya yang tinggi, namun menonton film ini dan mendapatkan suguhan efek yang modern dengan diiringi musik Daft Punk rasanya plot cerita dangkal bisa sedikit termaafkan. Jika anda mencari tontonan hiburan yang memang sudah anda ketahui hanya mengandalkan stunning visual effects, then go see this movie! Meskipun secara keseluruhan, saya merasa TRON: Legacy tidak akan tinggal lama dalam ingatan saya. :)





0 Response to "REVIEW: TRON: LEGACY 3D"

Posting Komentar