"One of these people might be the Devil."
Pada poster Devil kita bisa membaca dengan jelas tulisan 'From the mind of M. Night Shyamalan', hal ini merupakan trik pemasaran yang bisa dibilang tidak terlalu pintar, tapi juga tidak terlalu bodoh. Tidak pintar karena film-film terakhir Shyamalan, seperti The Last Airbender (2010), The Happening (2008), dan Lady in the Water (2006) hancur lebur di pasaran. Tetapi tidak bodoh juga, karena dari Shyamalan lah The Sixth Sense (1999) yang fenomenal itu dihasilkan, seterusnya Unbreakable (2000) dan Signs (2002). Jadi bagaimana dengan Devil? Apa berhasil mengangkat nama Shyamalan lagi? Tidak terlalu. Tapi saya akui kalau ide Shyamalan dalam Devil lumayan bagus, eksekusi John Erick Dowdle selaku sutradara juga terbilang baik. Namun entah kenapa saya tidak terlalu merasa ada yang istimewa dalam film ini. Terror? Iya. Kaget? Iya. Seram? Lumayan. Bagus? Biasa.
Cerita Devil sederhana saja, tentang Tuhan dan iblis. Diceritakan kalau iblis itu ada disekitar kita dan iblis tersebut sedang mendatangi sebuah gedung dan mempunyai rencana jahat didalam sebuah lift. Dalam lift terdapat lima orang, tiga pria dan dua wanita. Sebelum sampai ke lantai yang sedang mereka tuju, lift tersebut tiba-tiba mendapat gangguan dan mati. Awalnya mereka biasa saja menanggapi hal yang memang sudah sering terjadi tersebut, sambil menunggu bantuan dari petugas gedung mereka mengobrol hal-hal ringan satu sama lain. Namun, kejadian aneh mulai terjadi, apalagi pada saat lampu lift tersebut mati. Satu persatu dari mereka mati dibunuh dengan sadis, sisanya tentu saja merasa takut dan was-was karena pembunuhnya pasti berada dalam lift tersebut. Sedangkan lift tak kunjung bisa diperbaiki, malah ketika diperiksa tidak ada yang bermasalah sama sekali. Iblis berada diantara kelima orang tersebut. Penonton dipersilahkan menebak kira-kira yang manakah sang iblis?
Saya lumayan menikmati menonton Devil, akan tetapi menurut saya durasinya terlalu pendek, hanya sekitar 80 menit saja. Namun hal ini mungkin dikarenakan jalan cerita yang memang sangat sederhana, sehingga bingung mau ditambahkan cerita apa lagi. Paling tidak, saya terhibur. Terus terang saya juga beberapa kali berteriak dan kaget akibat kejutan-kejutan yang disuguhkan dalam film ini. Saya juga suka sinematografinya, apalagi pada opening scene dan adegan-adegan dalam lift. Akting para pemain tidak ada yang istimewa, semua biasa-biasa saja. Tapi saya sempat melirik si tampan Logan Marshall-Green yang saya tau melalui peran kecilnya sebagai Trey Atwood dalam serial televisi The O.C. Secara keseluruhan, saya memang menikmati Devil sebagai tontonan akhir pekan saya, tetapi film ini pastinya tidak akan masuk ke daftar favorit saya atau anda. Hanya cukup sebagai tontonan seru-seruan di akhir pekan saja.
0 Response to "REVIEW: DEVIL"
Posting Komentar