“What would you do if you knew you only had one minute to live?”
Setelah istirahat lumayan lama dari kegiatan menulis review di blog dan juga setelah ‘melarikan diri’ selama tiga minggu ke luar kota, akhirnya nafsu menulis saya kembali datang. Bioskop kita memang belum menayangkan film-film Hollywood yang masuk kedalam MPAA, akan tetapi kehadiran Source Code memang seperti angin sejuk dikala film-film kuntilanak berterbaran di layar lebar. Kemalasan meng-update blog sebetulnya juga dikarenakan kekesalan saya dengan keadaan yang sedang terjadi saat ini, semestinya sekarang bioskop lagi ramai dengan antrian sekuel Pirates of the Caribbean, Kung Fu Panda 2, dan The Hangover 2! Belum lagi film-film bagus yang sudah begitu saja terlewatkan seperti I am Number Four dan Fast Five! Saya hanya berharap masalah tersebut bisa cepat mendapatkan jalan keluar supaya kita bisa menonton film yang fresh from the oven lagi. Btw, review Source Code saya kali ini memang lumayan telat, tapi better late than never, right?
Source Code disutradarai oleh Duncan Jones yang sukses dengan debut film indie-nya pada tahun 2009, Moon. Duncan Jones yang juga adalah anak dari musisi terkenal David Bowie sepertinya kali ini kian memantapkan langkahnya sebagai sutradara Hollywood dengan karya terbarunya di tahun 2011. Sepertinya Jones merupakan penggemar berat genre science fiction, karena tidak berbeda dengan film terdahulunya, Source Code juga kurang lebih berada di genre yang sama. Bermodalkan Jake Gylenhaal dan Vera Farmiga yang bermain sangat baik dari film ini, Source Code menjadi sebuah film yang sudah pasti tidak akan membuat para penikmat film sci-fi kecewa.
Kapten Colter Stevens (Jake Gylenhaal) adalah seorang pilot helicopter Angkatan Darat AS yang sedang ditugaskan ke Afganistan. Namun tiba-tiba ia terbangun dan menemukan bahwa dirinya telah menjadi bagian dari percobaan yang dilakukan pemerintah. Ia diminta untuk menyisihkan dulu kebingungannya guna melayani negara dan membantu mencegah bencana. Sebuah bom telah meledak pada pagi itu pada kereta di Chicago dan pembom telah mengancam akan meledakkan bom yang lebih besar lagi di jantung kota. Tidak ada petunjuk siapa yang berada di belakang aksi terorisme ini, sehingga proyek baru dan rahasia yang diberi nama ‘Source Code’ akhirnya diaktifkan.
‘Source Code’ adalah sebuah program yang memungkinkan subjek tes untuk berada pada delapan menit terakhir di kehidupan orang tertentu. Teorinya adalah bahwa setiap orang yang baru meninggal masih memiliki memori jangka pendek yang dapat dieksplorasi dan dikembangkan dalam siklus delapan menit terakhir sebelum kematiannya. Program ini memungkinkan subjek tes untuk menjelajahi dan berinteraksi dengan orang-orang yang berada di sekitar objek, namun itu semua bukanlah realita, bukan juga bayangan, semua terasa nyata ketika dijalani, hanya saja apapun yang terjadi dalam ‘Source Code’ tetap tidak dapat mempengaruhi masa lalu ataupun masa sekarang, subjek tes hanya dapat mencari informasi yang dibutuhkan.
Saya menyukai film ini, akan tetapi memang ada beberapa hal yang terasa kurang logic. Film ini juga tidak menjabarkan secara detail tentang sistem ‘Source Code’ yang dijalankan, mungkin saja itu adalah pilihan terbaik daripada malah membuat penonton pusing nantinya. Saya pribadi tidak terlalu mempermasalahkan tentang logic atau tidaknya film ini, yang pasti nilai orisinalitas menjadi poin utama. Ending film ini juga berhasil membuat penonton bertanya-tanya. Sutradara Duncan Jones sepertinya akan menjadi calon sutradara jenius Hollywood selanjutnya, kita tunggu saja proyek Jones selanjutnya. Begitu juga dengan Jake Gylenhaal yang lagi-lagi meninggalkan kesan mendalam dalam filmnya kali ini, setelah terakhir ia juga bermain sangat baik dalam Love and Other Drugs (2010). Apalagi dapat bonus penampilan Jake yang good-looking! Overall, Source Code sayang untuk dilewatkan begitu saja. Simply recommended!
0 Response to "REVIEW: SOURCE CODE"
Posting Komentar