REVIEW: LIMITLESS




































“They say we can only access 20% of our brain. This lets you access all of it.”

Limitless ini diangkat dari sebuah novel berjudul ‘The Dark Fields’ karangan seorang penulis asal Irlandia bernama Alan Glynn. Ide cerita yang ditulis Alan ini menurut saya betul-betul menarik. Saya sendiri belum pernah membaca novelnya, namun film yang disutradarai oleh Neil Burger (The Illusionist) ini semenarik ide ceritanya. Terlebih pilihan Bradley Cooper sebagai pemeran utama yang terlihat sangat cocok sekali dan semakin member daya tarik khusus bagi film ini. Pengemasan filmnya sendiri sebetulnya tidak terlalu istimewa, namun harus diakui kalau Limitless memang sangat menghibur dan kembali lagi ke yang saya tuliskan di awal, ide ceritanya juara. Sebuah pil yang bisa membuat kita mengakses otak kita secara optimal, wow, siapa yang tidak mau NZT?

Eddie Morra (Bradley Cooper) adalah seorang penulis asal New York. Ia bukanlah seorang penulis hebat dan mempunyai buku ‘best seller’, Eddie tinggal di sebuah kamar sewaan yang amat berantakan, Ia bahkan belum menuliskan sepatah kata pun untuk buku yang ingin diselesaikannya. Naasnya lagi, Ia juga baru saja diputus oleh sang pacar, Lindy (Abbie Cornish), yang bekerja sebagai seorang editor. Lindy merasa hidup Eddie sudah terlalu berantakan, apalagi Eddie tidak mempunyai penghasilan sama sekali berhubung bukunya tak kunjung selesai. Hidupnya yang berantakan itu juga tercermin dalam penampilan Eddie sehari-hari; rambut gondrong tidak beraturan, gaya pakaian asal-asalan, wajah kusam.

Suatu hari Eddie secara tidak sengaja bertemu dengan mantan adik iparnya dulu, Vernon (Johnny Whitworth). Mereka duduk santai sambil mengobrol dan Eddie menceritakan tentang kebuntuan ide yang sedang dialaminya. Vernon lalu menawarinya sebuah obat bernama NZT yang ia sebut bisa membuat otak manusia yang tadinya hanya bekerja 20% menjadi 100%. Eddie awalnya menolak, namun karena tahu sebutir obat tersebut harganya mahal dan juga ada rasa penasaran, Ia akhirnya meminum obat tersebut. Sesaat setelah meminum NZT, BAMMM – Eddie langsung merasa menjadi pintar seketika. Bahkan bisa dikatakan genius. Semua yang ia pelajari dapat dengan cepat dikuasai, Eddie merasa pengetahuannya menjadi tidak terbatas.

Kegeniusan Eddie membuat berita dengan cepat menyebar, sampai akhirnya seorang pengusaha besar Carl Van Loon (Robert De Niro) mengundang Eddie untuk bertemu dan berniat ingin menjadikannya sebagai asisten guna meraih uang yang lebih banyak lagi. Kehidupan Eddie menjadi sangat berbeda dengan yang sebelumnya; Ia membeli apartemen mewah, mendapatkan Lindy kembali, bahkan menggadakan uangnya terasa sangat mudah dalam bidang pasar modal dengan kegeniusannya itu. Namun disaat semua terasa sangat sempurna bagi Eddie, ia mulai merasakan efek samping yang mematikan dari NZT. Belum lagi banyak orang yang ingin merebut NZT dari tangannya.

Bradley Cooper adalah bintang yang bersinar dalam Limitless. Ia berhasil berperan sebagai Eddie Mora yang urakan, jobless, uring-uringan, Ia juga sangat berhasil memerankan Eddie Mora yang rapi, sukses, genius. Transformasi tersebut diekspresikan oleh Bradley Cooper dengan luar biasa meyakinkan; penonton bisa merasakan rasa percaya diri yang seketika datang dalam diri Eddie ketika ia meminum NZT. Bravo, Bradley! Kehadiran Robert De Niro dan Abbie Cornish juga terasa pas sekali. Kehadiran Limitless membuat kita lega karena masih bisa menonton film bagus dan menghibur di layar lebar Indonesia. Dengan ide cerita dan dialog yang pintar, Limitless tentu saja masuk daftar ‘must-watch’ anda.





0 Response to "REVIEW: LIMITLESS"

Posting Komentar