REVIEW : SANG PEMIMPI








































"Yang penting dari mimpi, bukanlah seberapa besar mimpi itu, tapi sebesar apa kita untuk mimpi itu."

Sang Pemimpi adalah sekuel dari Laskar Pelangi yang sangat sukses dan terkenal tahun 2008 kemarin. Kembali diangkat dari novel tetralogi Laskar Pelangi kedua, Sang Pemimpi, karya Andrea Hirata. Kalau di Laskar Pelangi kita diceritakan tentang masa kecil para anak-anak dari Belitung, kali ini Sang Pemimpi mengangkat masa remaja anak-anak tersebut yang telah beranjak dewasa. Berfokus pada pertemuan Ikal (Vikri Setiawan) dengan Arai (Ahmad Syaifullah) yang baru ditinggal mati kedua orang tuanya. Arai merupakan sepupu jauh Ikal, dikarenakan tidak ada yang mengurus, Arai lalu tinggal bersama Ikal dan keluarga. Disini diceritakan bahwa Arai adalah orang yang selalu mengajak Ikal untuk memiliki mimpi-mimpi, salah satunya adalah mimpi untuk mendapatkan beasiswa di Paris dan berkeliling Eropa. Selain Ikal dan Arai, mereka juga bersahabat dengan Jimbron (Azwir Fitrianto) yang juga adalah anak yatim piatu, seorang anak beragama islam yang soleh, namun diurus oleh salah seorang teman keluarganya yang adalah seorang pastur Katolik. Kita diajak ikut menikmati keseruan masa remaja mereka bertiga. Karakter ketiga tokoh diatas juga digambarkan dengan jelas dalam film, seperti misalnya Ikal yang lebih pendiam, namun pintar dan sangat sayang pada ayahnya. Arai, sang pemimpi yang nakal, namun selalu mempunyai daya kreatifitas yang lebih dan jatuh cinta pada teman sekelasnya, Zakiah Nurmala (Maudy Ayunda). Jimbron, anak yang gagap sepeninggal orang tuanya, sangat menyukai dan terobsesi dengan kuda. Sesuai dengan judulnya, Sang Pemimpi menceritakan hal-hal positif tentang bagaiman caranya meraih mimpi-mimpi kita. Jangan hanya bermimpi yang setinggi langit, kita juga harus berusaha sekuat tenaga untuk mewujudkan mimpi tersebut. Saya belum membaca semua novel Andrea Hirata, jadi penilaian saya terhadap film ini dan Laskar Pelangi murni dari pandangan penonton yang sama sekali belum membaca novelnya. Menurut saya filmnya baik, namun saya tetap lebih suka dengan Laskar Pelangi. Durasi yang terlalu panjang dan banyaknya adegan yang tidak terlalu penting mungkin yang menjadi faktor kenapa film ini sedikit membosankan di pertengahan. Namun beruntung, film ini digarap oleh sutradara handal, Riri Riza, lalu akting para pemain yang luar biasa, mulai dari pemain-pemain baru remaja maupun senior seperti Mathias Muchus dan Rieke Diah Pitaloka. Kalau di Laskar Pelangi ada Cut Mini dengan karakter guru yang sangat mencuri perhatian, di Sang Pemimpi ada Nugie yang juga menjadi seorang guru bernama Pak Balia. Nugie ternyata bermain sangat baik disini. Lukman Sardi dan Ariel 'Peterpan' juga bermain di film ini sebentar, menceritakan sedikit tentang Ikal dan Arai dewasa. Siap-siap saja melihat akting mereka berdua di sekuel selanjutnya. Menurut saya Ariel bermain cukup baik untuk ukuran pemula, hanya saja wajahnya terlihat kurang meyakinkan sebagai orang 'susah'. Lukman Sardi sih cocok sekali, aktingnya pun tidak perlu diragukan lagi. Kita tunggu saja sambungannya! :)





0 Response to "REVIEW : SANG PEMIMPI"

Posting Komentar