"All is fair in love and Rome"
Crap..crap..crap.. Begitulah kata-kata yang terngiang dalam pikiran saya ketika selesai menonton film ini. FYI, saya termasuk orang yang tidak anti dengan genre romantic comedy. Saya suka menonton genre ini, meskipun genre ini lah yang tidak pernah dianggap oleh para kritikus film. Well, saya bukan kritikus film bukan? Hehe.. Menurut saya menonton genre ringan seperti rom-com itu terkadang mengasyikkan, biasanya saya selalu terhibur sehabis menonton, meskipun keesokan harinya saya sudah tidak membicarakan filmnya lagi. Dengan harapan ingin disuguhkan sebuah film rom-com yang ringan nan menghibur, akhirnya saya memutuskan pergi menonton When in Rome. Ohh tidaaak, ternyata film ini tidak berhasil menghibur saya! Lelucon dalam film ini sangat jayus dan tidak orisinil. Memang ada beberapa bagian yang membuat saya tertawa, tetapi itu pun dengan terpaksa.
When in Rome bercerita tentang seorang wanita muda bernama Beth (Kristen Bell) yang sangat sibuk dan mencintai pekerjaannya. Ia tidak terlalu mengurusi masalah percintaan karena sudah terlalu sering disakiti. Suatu hari ia mendapat kabar bahwa sang adik akan menikah di Roma. Disana ia berkenalan dengan Nick (Josh Duhamel) yang berhasil menarik perhatiannya. Ketika sedang mabuk, Beth mengambil lima koin dari Fountain of Love atau air mancur cinta. Konon, jika ada orang yang memiliki keinginan tentang cinta, orang tersebut tinggal melemparkan koin kedalam air mancur dan berdoa agar harapannya terkabulkan. Namun siapa sangka, berbekal keisengannya itu, Beth malah mendapatkan kejadian aneh ketika kembali ke New York. Tiba-tiba saja ada lima orang pria sekaligus yang mengejar dan mengatakan cinta padanya, termasuk Nick. Ternyata koin-koin yang diambilnya di Roma itu lah yang telah membawa mereka pada Beth. Lalu Beth harus berusaha sekuat tenaga agar dapat menghilangkan pengaruh mantra itu, meskipun ia pun mulai sadar kalau dirinya ternyata sungguh-sungguh jatuh cinta pada Nick.
Memboyong unsur slapstick comedy kedalam filmnya, When in Rome menurut saya telah gagal dalam eksekusi keseluruhan. Unsur komedi dalam film ini tidak lucu, terlebih seperti yang telah saya tulis di awal, tidak orisinil. Akting para pemain pun tidak terlalu menarik perhatian, Kristen Bell tampil seperti biasa, selalu dengan peran yang ringan-ringan saja seperti di Forgetting Sarah Marshall (film ini masih jauh lebih baik daripada When in Rome). Saya berharap sekali kalau aktris cantik dan berbakat seperti Kristen Bell mau mulai mengambil peran-peran yang lebih memorable dan menantang. Josh Duhamel pun tampil setali tiga uang alias biasa-biasa saja. Deretan para pemainnya yang lumayan 'punya nama' juga tidak bisa menambah poin film ini di mata saya. Padahal banyak pemain yang lumayan terkenal seperti Danny DeVito, Jon Heder, Dax Shepard, Anjelica Huston dan yang lainnya. Ahh..biar bagaimanapun kita memang tidak bisa berharap banyak dari genre ini, untuk sekedar hiburan silahkan saja tonton When in Rome. Namun saran saya, anda lebih baik menonton di DVD! :)
0 Response to "REVIEW: WHEN IN ROME"
Posting Komentar