REVIEW: THE BOOK OF ELI




































"Religion is POWER."

Sebetulnya saya kurang suka menonton film yang terlalu religius, apalagi jika film tersebut lebih memihak pada satu agama tertentu. Saya termasuk orang yang sangat open-minded soal agama, saya merasa semua agama mempunyai intisari yang sama, yaitu menuntun manusia ke jalan yang benar. Maka saya tidak suka kalau ada suatu agama yang dianggap lebih benar diantara yang lainnya (meskipun agama tersebut adalah agama yang saya anut). Untungnya adegan action dalam film ini patut diacungi jempol. Saya tidak menyangka kalau Denzel Washington bisa terlihat seperti Jackie Chan versi Hollywood dalam film ini! Tipikal wajah dan pembawaan Denzel biasanya memang cocok dengan peran-peran melankolis namun tegas seperti dalam John Q atau Man on Fire.

The Boof of Eli bercerita tentang keadaan dunia sehabis perang yang telah meninggalkan esensi penting dalam kehidupan yaitu agama dan kepercayaan. Manusia yang tersisa itu hidup seenaknya, merampok, memperkosa, merebut barang milik orang lain. Pada masa ini diceritakan juga bahwa makanan dan minuman menjadi barang yang amat langka, semua diakibatkan karena tanas yang tandus dan kering. Kehidupan menjadi sangat tidak layak, untuk mandi pun mereka sulit. Bahkan shampoo yang sekarang kita anggap tidak terlalu penting saja menjadi barang yang luar biasa penting pada masa itu.

Lalu ada Eli (Denzel Washington), seorang pria pengelana yang sudah berjalan selama 30 tahun dengan membawa sebuah buku. Eli mengaku bahwa ia mendengar suara-suara yang menuntunnya membawa buku penting itu ke suatu tempat. Selama perjalanan, ia selalu saja dihadapkan dengan berbagai halangan. Yang terberat adalah ketika ia melintasi suatu kota kecil yang seolah dipimpin oleh Carnegie (Gary Oldman). Carnegie berkuasa di kota ini karena ia termasuk orang yang terkaya disana. Tidak disangka, ternyata Carnegie pun mencari sebuah buku penting yang belum ia ketahui keberadaannya. Sampai suatu saat ia mengetahui bahwa Eli membawa sebuah buku. Mulailah adegan kejar mengejar antara Eli dan Carnegie. Eli ditemani oleh Solara (Mila Kunis), seorang wanita dari kota kecil itu yang memutuskan untuk ikut dengannya.

Beberapa hal dalam film ini terasa menyindir umat manusia yang suka menyia-nyiakan sesuatu. Seperti kata pepatah, 'kita tidak akan merasa membutuhkan sesuatu sebelum kehilangan sesuatu'. Film ini mungkin mengajarkan kita tentang inti dari menghargai kepunyaan kita selagi bisa. Tapi jujur saja, film ini terasa konyol bagi saya. Eli ditugaskan oleh 'Yang Diatas' untuk menyelamatkan buku penting tersebut guna mengembalikan umat manusia ke jalan yang benar. Akan tetapi Eli membiarkan para perampok merampok dan memperkosa pejalan kaki, ia juga dengan gampangnya membunuh orang. Seperti yang sudah saya bilang sebelumnya, action scenes dalam film ini memang lumayan keren, tetapi saya tetap merasa tidak bisa menerima konsep film ini. Apalagi endingnya yang sangat amat tidak saya harapkan! Saya hanya mengagumi sinematografi film ini yang terbilang lumayan bagus, sedikit adegan action, akting Denzel Washington dan Gary Oldman, dan kecantikan Mila Kunis. Itu saja! Bagi yang sudah menonton, ditunggu komentarnya! :)





0 Response to "REVIEW: THE BOOK OF ELI"

Posting Komentar