22 JUMP STREET (2014) REVIEW : FORMULAIC SEQUEL IN A GOOD WAY


Berasal dari serial tahun 90-an yang dibintangi oleh Johnny Depp, 21 Jump Street berkesempatan untuk diangkat ke sebuah feature film layar lebar. Ditangani oleh sutradara handal, Christopher Miller dan Phil Lord serta dibintangi oleh nama-nama papan atas Hollywood Channing Tatum dan Jonah Hill di pion utama film ini. 21 Jump Street pun mendapatkan kritik postif dari para kritikus film karena berhasil menyajikan film buddy cop action comedy yang segar.


Di akhir film 21 Jump Street pun terlihat bahwa film ini akan memiliki sekuel untuk melanjutkan perjalanan film pertamanya. 22 Jump Street adalah jawaban untuk sekuel film ini. Tetap memiliki barisan kru yang sama dengan film pertamanya. Christopher Miller dan Phil Lord masih mengarahkan film ini agar bisa mendapatkan kritik positif lagi dari para kritikus film. And of course Channing Tatum and Jonah Hill still being couples for the show. 


22 Jump Street melanjutkan misi dari akhir 21 Jump Street. Schmidt (Jonah Hill) dan Jenko (Channing Tatum) kali ini harus menyamar untuk menjadi mahasiswa di MC State. Mereka ditugasi oleh atasan mereka Captain Dickson (Ice Cube) untuk menyelidiki kasus pengedaran narkoba bernama WhyPhy (Work Hard Yes, Play Hard Yes). Narkoba tersebut membuat seorang mahasiswi tewas saat kuliah disana.

Jenko dan Schmidt pun menjalankan misi tersebut dan mencari tahu siapa dalang dari pengedaran narkoba tersebut. Hal tersebut membawa Jenko untuk dekat dan masuk ke tim football. Dia pun bertemu dengan Zook (Wyatt Russell) yang membuat Jenko merasa sama ketimbang dengan Schmidt. Jenko pun terlihat mulai melupakan Schmidt dan juga misi mereka masuk ke MC State. 


Miller-Lord know how to Reuse the predecessor’s template

Film komedi dan sekuel, bisa jadi menjadi sesuatu yang baik dan bisa jadi jatuh menjadi sajian yang itu-itu saja. Menilik dari trailer film 22 Jump Street yang dirilis oleh pihak Sony Pictures beberapa waktu sebelum film ini tayang, banyak sekali menunjukkan film ini sangat persis dengan film predesesornya. Menggunakan template yang sama belum tentu akan menghasilkan output yang sama bagusnya. Lihat saja sekuel dari The Hangover yang juga jatuhnya formulaic.

Tentu, pintar-pintarnya sang sutradara untuk menggunakan kembali template yang sama itu dengan olahan yang pas. Dan, 22 Jump Street adalah film yang menggunakan template yang sama dari predesesornya tetapi bisa menyaingi apa yang sudah disajikan oleh film pertamanya. Christopher Miller dan Phil Lord tahu benar bagaimana menyajikan template yang formulaic itu menjadi sajian yang masih segar dan menyenangkan.

Tentu jangan harapkan adanya alternatif lain dari segi cerita. 22 Jump Street menempelkan semua apa yang sudah ada di film pendahulunya. Hanya beberapa yang diganti, seperti membalik kaset pita dari side A ke side B. Memiliki sisi yang sama hanya saja polanya saja yang akan berbeda. Tetapi, bagaimana Chris Miller dan Phil Lord mengembangkan pola yang sama itu menjadi sajian yang segar perlu diacungi jempol.


Beberapa adegan akan sangat terlihat mengekor dari formula 21 Jump Street. Apa yang mereka cari, problematika antara kedua karakter utama juga sama, hanya saja siapa yang lebih menonjol berbeda. Tetapi mereka bisa mengembangkan kreatifitas mereka sehingga adegan-adegan yang seperti mengulang film pendahulunya ini tetap akan mengundang penontonnya. Naskah yang digarap oleh Michael Becall ini berhasil dieksekusi dengan kreatif oleh duo sutradara film ini. Membuat beberapa adegan akan lebih intens dan lebih besar juga dengan banyak sekali referensi yang digunakan.

22 Jump Street tetap memberikan aksi komedi yang akan mengikat penontonnya. Dengan jokes andalan yang digunakan pun sebenarnya masih menggunakan racikan yang sama. Tetapi, Duo sutradara ini menambahkan beberapa hal agar 22 Jump Street lebih segar seperti 21 Jump Street. Tentu, tambahan jokes yang lebih smart dan satir dengan banyak referensi di film ini. 


Referensi-referensi dari superhero, beberapa film action klasik, serta pop culture lainnya yang diselipkan untuk disindir pun mengena untuk menontonnya. Menyindir dengan intensitas yang lebih besar serta  begitu terlihat di dalam film ini and yes its very work for it. Dan tak lupa mereka berdua masih setia dengan selingan humor-humornya yang jorok sehingga film ini akan memiliki value yang lebih universal kepada penontonnya.

Yang perlu diberi spotlight  khusus adalah bagaimana Phil Lord dan Chris Miller memberikan porsi bromance yang lumayan besar bagi dua pion utama di film ini. Bromance untuk film ini pun akan lebih kental dengan porsi dramatisasi yang lebih dalam dan pas. Penonton pun bisa merasakan ikatan persahabatan yang cukup kuat antara Channing Tatum dan juga Jonah Hill. Meskipun di film ini mereka memiliki karakter yang berbeda (and their physically looks, of course). Bromance yang ada di film ini pun tidak terjadi jika kedua pemeran utama ini tidak memberikan chemistry yang baik. 


Kreatifitas masih akan terlihat ketika credit title akan bergulir dari film ini. Beberapa sindirian tentang film sekuel yang akan mulai usang, cameoyang surprising meskipun tak selevel Johnny Depp hal itu begitu menyegarkan untuk dilihat dan merupakan bagian yang menarik dari film ini. 22 Jump Street berhasil melaju dan berdiri sejajar dengan 21 Jump Street. Menunjukkan bahwa sekuel bukanlah bencana untuk sebuah film dengan catatan, sang sutradara harus bisa mengolah dan mengembangkan sebuah film sekuel dengan matang. 


Overall, 22 Jump Street adalah film sekuel yang menggunakan formula yang sama dengan predesesornya. Dengan usaha sedikit otak-atik sana sini dari cerita tetapi tetap memiliki banyak momen yang sama persis dengan 21 Jump Street. Tetapi, Bagaimana Phil Lord dan Chris Miller mengembangkannya dengan sangat kreatif membuat sekuelnya kali ini menjadi segar. Of course it will be fun movies to watch for this summer. And feel the Spring Break, B**ch!
 

0 Response to "22 JUMP STREET (2014) REVIEW : FORMULAIC SEQUEL IN A GOOD WAY "

Posting Komentar