"Do you dare to live in space?"
Saya tidak pernah bercita-cita menjadi seorang astronot. Membayangkan berkunjung ke luar angkasa saja sudah membuat saya bergidik ngeri. Namun tema yang diangkat Gravity karya Alfonso Cuaron ini berhasil membuat saya penasaran seperti apa sih rasanya hidup di luar angkasa. Saya tidak ingat apakah saya sempat bernafas di beberapa menit awal film, that's just how intense the opening minutes of Gravity are. Visualisasi yang spektakuler berhasil membuat penonton terkesima dengan gambar yang disajikan di layar, sound minim yang sengaja diciptakan pun semakin menambah ketegangan. Lama kelamaan intensitas yang sudah ada dari awal pun semakin terbangun dan membuat anda seakan sesak napas.
Gravity bercerita tentang Dr. Ryan Stone (Sandra Bullock) dan Matt Kowalski (George Clooney). Kowalski adalah seorang astronot veteran yang sudah sering berkunjung ke luar angkasa dan ia sangat menikmati hal itu. Stone adalah seorang ilmuwan yang sedang menjalani misi pertamanya ke luar angkasa untuk mengimplementasikan teknologi temuannya pada Hubble telescope. Lima belas menit pertama dalam film ini kita diperlihatkan apa yang mereka kerjakan di luar angkasa dan setelah itu terdengarlah pesan bahwa misi dibatalkan karena adanya serpihan pecahan pesawat Russia. Suasana menjadi tegang ketika Stone dan Kowalski tidak bisa lagi melakukan komunikasi ke Bumi, pesawat mereka pun hancur, dan mereka mau tidak mau harus mencari cara agar bisa selamat di luar angkasa. Dengan sisa oksigen yang tidak banyak, waktu yang sedikit, mereka berdua harus beradu dengan waktu untuk menyelamatkan nyawa mereka.
Sandra Bullock dan George Clooney menurut saya merupakan pasangan yang pas, chemistry yang terjalin dalam film ini sangat terasa dan masing-masing dari mereka pun memberikan performa akting yang brilian. Karakter masing-masing yang dimainkan juga sepertinya menempel sempurna pada keduanya. Alfonso Cuaron sepertinya paham betul dengan apa yang ia buat kali ini, ia seperti menciptakan sebuah seni berlatar belakang angkasa luar. Indah sekali. Mulai dari movement para pemain, pemandangan bumi dari atas, luar angkasa itu sendiri, sampai pecahan-pecahan puing yang dasyat. Mungkin ada beberapa orang yang tidak terlalu suka menonton film tiga dimensi, but trust me for this one you gotta watch the 3D version. Luar angkasa, adalah latar belakang yang tepat untuk menunjukkan pada penonton bagaimana efek 3D dapat begitu terasa dalam sebuah film serta sensasi menonton yang amat beda.
Terus terang jalan cerita Gravity memang bisa dibilang sangat simple. Saya yakin bagi sebagian orang film ini akan terasa membosankan, I think with this kind of movie it's either you love it or you hate it. Namun menurut saya pribadi, kesuksesan sang sutradara mengemas film ini sedemikian rupa dengan hanya diisi oleh dua aktor merupakan sebuah prestasi yang cemerlang. Ide yang sederhana ini berhasil ia tuangkan menjadi sebuah tontonan berseni. It is very, very, intense. Kudos untuk pengamatan detail Cuaron pada suara yang ada dalam film ini, dimana hal ini semakin menambah ketegangan dalam setiap scene-nya. Gravity surely gave me a whole different cinematic experience.
0 Response to "REVIEW: GRAVITY 3D"
Posting Komentar