REVIEW: MORNING GLORY



































"Breakfast TV Just Got Interesting"

Roger Michell terkenal dengan salah satu karya komedi romantis terbaiknya pada tahun 1999 yang dibintangi Hugh Grant dan Julia Roberts, berjudul Notting Hill. Kali ini Morning Glory menggandeng nama-nama besar Hollywood seperti Harrison Ford, Diane Keaton, Rachel McAdams, Patrick Wilson, dan Jeff Goldblum. Tetap berada di jalur komedi romantis namun berlatarbelakang industri pertelevisian, bagi saya pribadi hal tersebut sangat menarik. Penulis film ini, Aline Brosh McKenna merupakan penulis skenario The Devil Wears Prada (2006) dan juga menulis cerita dalam film 27 Dresses (2008), jadi wajar kalau saya menaruh harapan lebih pada Morning Glory. Ternyata dugaan saya tepat, Morning Glory memang merupakan sebuah film yang menghibur dan berada pas pada jalurnya.

Setelah dipecat dari pekerjaannya sebagai produser acara berita pagi di New Jersey, Becky Fuller (Rachel McAdams) menjadi kebingungan tak tentu arah. Sejak kecil ia memang selalu bermimpi untuk bekerja di industri pertelevisian. Ia lalu mengirimkan banyak lamaran guna mendapatkan pekerjaan baru. Sayang, program yang didapatkannya bukanlah program acara impiannya, The Today Show. Bukan juga Good Morning America. Akan tetapi Daybreak, sebuah program acara pagi di stasiun TV IBS yang ratingnya sudah turun dan berada di rangking ke-4. Mau tidak mau ia pun menjadi produser acara tersebut, belum lagi tekanan dari atasannya (Jeff Goldblum) yang mengharuskan rating Daybreak naik, atau acara itu harus dihentikan.

Pembawa acara di Daybreak adalah Colleen Peck (Diane Keaton), seorang pembaca berita veteran dan berlagak seperti diva. Pasangan Colleen langsung dipecat oleh Becky pada hari pertamanya bekerja karena tingkahnya yang menyebalkan. Mau tidak mau Becky harus mencari pasangan baru bagi Colleen dan akhirnya ia menemukan Mike Pomeroy (Harrison Ford). Tidak gampang membuat Mike yang adalah seorang jurnalis senior bergabung kedalam acara berita pagi. Bagi Mike, acara pagi sama saja dengan acara infotainment yang tidak berbobot. Namun itulah tugas Becky, bagaimana cara agar ia bisa membuat seorang Mike Pomeroy mau menjadi pembaca berita di Daybreak dan juga bagaimana agar rating acara itu segera membaik.

Salah satu hal yang membuat Morning Glory lumayan menonjol adalah deretan para pemainnya yang jempolan. Rachel McAdams bermain sangat baik dalam film ini, ia terlihat bersemangat, pekerja keras, dan juga memikat dalam waktu bersamaan. Aktor dan aktris senior, Harrison Ford dan Diane Keaton tentu saja bermain sempurna sesuai dengan karakter mereka masing-masing. Terlebih Harrison Ford yang mampu mengubah emosi dan karakteristik dari Mike Pomeroy dengan sangat pelan tapi pasti. Kalau saya boleh jujur, sebetulnya kisah cinta dalam film ini malah tidak terlalu menarik. Chemistry antara Rachel McAdams dan Patrick Wilson rasanya kurang terjalin dengan baik. Saya lebih menganggap kalau ini film komedi saja, memang tetap ada unsur romantis didalamnya, tapi tidak terlalu signifikan.

Untungnya ditangan Roger Michell dan Aline Brosh McKenna, Morning Glory tidak lantas menjadi film 'rom-com murahan'. Film ini memang sama sekali tidak menyajikan banyak hal baru, standar saja seperti film dengan genre sejenis, tetapi paling tidak perjalanan anda dalam menyaksikan film ini akan menyenangkan. Ada salah satu bagian dalam film ini yang membuat saya tertawa terbahak-bahak. Bahkan sewaktu menulis review ini saya jadi ingin tertawa lagi. Secara keseluruhan menurut saya Morning Glory adalah sebuah film yang optimis. Melihat karakter Becky Fuller yang ceria, semangat tinggi, dan pantang menyerah tentu secara otomatis juga memompa semangat orang yang sedang menonton. Happy watching guys! :)





0 Response to "REVIEW: MORNING GLORY"

Posting Komentar