REVIEW: THE WOLFMAN




































"When the moon is full the legend comes to life"

The Wolfman adalah remake dari film klasik karya George Waggner pada tahun 1941 yang berjudul 'The Wolf Man'. Kali ini di tangan sutradara Joe Johnston, film bertema manusia serigala ini kembali hadir. Entahlah, saya sendiri belum menonton versi klasiknya, namun saya kurang suka dengan film ini. Seperti kurang 'greget' pada saat saya menyaksikannya. Memang, suasana kelam dan vintagenya sangat berhasil membangun atmosfir 'dark and classic', akan tetapi sayang sekali filmnya tidak diimbangi oleh jalan cerita yang baik.

Bercerita tentang Lawrence Talbot (Benicio Del Toro) seorang pemain theater di Amerika yang pulang ke kampung halamannya di Inggris setelah menerima surat misterius perihal kematian tragis sang adik, Ben. Ayahnya, John Talbot (Anthony Hopkins) sepertinya tidak terpengaruh dengan kejadian menyedihkan itu. Lalu ada juga tunangan sang adik, Gwen Conliffe (Emily Blunt) yang sangat terpukul dengan kematian suaminya dan meminta agar Lawrence mencaritahu siapa pembunuh yang tega melakukan hal tersebut. Jasad Ben ditemukan sudah dalam keadaan tragis, seperti dibunuh oleh seekor binatang buas. Namun para masyarakat pun bingung, binatang sepertinya tidak akan bisa membunuh sampai sekejam itu. Lalu muncul lah asumsi-asumsi tentang kematian Ben ini. Sebetulnya siapa yang membunuh Ben? Yaa..kalau membaca judulnya sih pasti sudah ketebak kalau itu perbuatan manusia serigala. Lalu apa Lawrence berhasil menemukan dalang dari semua ini? Silahkan tonton filmnya..

Ekspektasi awal saya sebetulnya sangat positif untuk film ini, apalagi membaca nama besar seperti Anthony Hopkins dan Benicio Del Toro. Ya, mereka memang bermain baik seperti biasa dalam film ini. Mereka berdua berhasil menangkap karakter masing-masing dengan meyakinkan. Emily Blunt juga tampil baik, cocok dengan karakter yang dimainkan. Lalu apa yang membuat film ini buruk di mata saya? Naskah dan alur cerita yang dangkal. Dialog-dialog yang ada disini terkesan terlalu dibuat-buat. Lalu alur ceritanya pun tidak jelas, seperti menggantung. Mungkin yang bagus hanya kostum dan make-up saja. Terlebih lagi, special effects disini sepertinya terlihat buruk, kecuali pada saat transformasi manusia menjadi serigala. Satu hal lagi, film ini sama sekali tidak menyeramkan. Melihat manusia serigala berteriak-teriak bukanlah hal yang menyeramkan, yaa setidaknya bagi saya. Semua adegan disini sepertinya tidak ada yang mampu menempel di ingatan saya. Keganasan manusia serigala dalam membunuh mangsanya sampai usus dan isi perut berceceran malah membuat saya tertawa. Itu tidak menjadi hal yang jijik ataupun menyeramkan, malah lebih terkesan menggelikan, kembali lagi ke akar permasalahan dari awal, naskah yang buruk.

Saya tidak merekomendasikan film ini. Tapi apabila anda tetap penasaran yaa silahkan saja ditonton. Seperti yang sering saya bilang di blog ini, bagus atau tidaknya sebuah film tergantung dengan selera masing-masing orang. Kalau menurut saya film ini buruk, belum tentu anda sependapat bukan? Jadi silahkan meninggalkan komentar disini tentang pendapat anda mengenai film ini. Thanks before! :)






Related Posts :

  • REVIEW: WHITE HOUSE DOWN"Don't touch the Jordans!"Orang sudah pasti akan membandingkan White House Down dengan Olympus Has Fallen yang baru saja tayang beberapa bul… Read More...
  • REVIEW: JACK RYAN: SHADOW RECRUITViktor Cherevin: You Americans like to think of yourselves as direct. Perhaps you are just rude.Jack Ryan: Perhaps you are just touchy.Saya … Read More...
  • REVIEW: FLU (감기)"Death is in the air you breathe."Film Korea tidak dapat dipungkiri memang mulai banyak membanjiri konten bioskop tanah air belakangan ini. … Read More...
  • REVIEW: GRAVITY 3D"Do you dare to live in space?"Saya tidak pernah bercita-cita menjadi seorang astronot. Membayangkan berkunjung ke luar angkasa saja sudah m… Read More...
  • REVIEW: STOKER"This is me. Just as a flower does not choose its color, we are not responsible for what we have come to be."Disutradarai oleh Park Chan Woo… Read More...

0 Response to "REVIEW: THE WOLFMAN"

Posting Komentar