MERRY RIANA : MIMPI SEJUTA DOLAR (2014) REVIEW : Inaccuracy in Inspirational Story


Mengangkat kisah inspiratif seorang tokoh bisa menjadi ke dalam sebuah film layar lebar menjadi tren di kalangan industri perfilman Indonesia. Sebuah biopik dari berbagai kalangan mulai dari seorang yang terpandang dan penting bagi negara hingga seorang yang sukses dalam karirnya mulai dari nol. Kisah inspiratif itu pun selalu dengan mudah menarik minat penontonnya untuk berbondong-bondong pergi ke bioskop untuk menontonnya.

MD Pictures kembali hadir mewarnai genre ini dengan biopik baru dari sosok terkenal, Merry Riana. Nama ini akan orang-orang jumpai lewat bukunya berjudul Manusia Sejuta Dolar di toko buku terdekat. Ya, sosok ini sudah terkenal lewat buku-buku motivasinya yang ditulis oleh Alberthiene Endah yang berdasarkan dari kisah nyata dari Merry Riana. Digawangi oleh Hestu Saputra, Merry Riana pun diangkat menjadi sebuah cerita gambar bergerak untuk menginspirasi penontonnya. 


Dikarenakan sebuah kerusuhan yang terjadi saat reformasi, Merry Riana (Chelsea Islan) dan keluarganya harus meninggalkan negara Indonesia. Naas, dalam perjalanannya keluarga Merry Riana diserang oleh para perusuh yang mengambil uang mereka. Merry Riana pun diterbangkan ke Singapura untuk bertemu dengan saudaranya, sendirian. Ketika sampai di sana, saudaranya pun hilang karena bangkrut.Merry Riana yang sendirian di kota Singapura pun menginap di asrama temannya, Irene (Kymberly Rider).

Tetapi tak berlangsung lama, karena peraturan di dalam asrama Irene melarang adanya orang lain di dalam kamarnya kecuali orang tersebut akan mengikuti tes masuk kuliah. Irene pun memaksa Merry untuk ikut tes masuk kuliah. Setelah berhasil masuk, problem berikutnya yaitu Merry harus membayar 40.000 dolar untuk membiayai kuliahnya. Alva (Dion Wiyoko) menjadi penjamin kehidupan Merry Riana di Singapura karena Merry meminjam uang dari universitas dengan atas namanya. 


Sudah cukup banyak film-film di Indonesia yang menjadikan kisah sukses kehidupan seseorang sebagai nilai lebih di dalam sebuah film. Sebut saja Habibie & Ainun, 3 Nafas Likas, Soekarno, dan Sepatu Dahlan adalah beberapa judul yang memiliki genre serupa dengan film terbaru milik MD Pictures ini. Tak masalah jika film dengan tema serupa itu digarap serius untuk menginspirasi penontonnya dengan adegan-adegan yang menyentuh.

Sayang, beberapa judul pun hanya mengumbar embel-embel ‘terinspirasi kisah nyata’ tanpa memberikan keseimbangan dengan hasil akhirnya. Merry Riana : Manusia Sejuta Dolar menjadi salah satu film dengan tema biopik yang memiliki kesalahan dalam menginspirasi penontonnya. Merry Riana : Manusia Sejuta Dolar pun hanya mencuil sedikit bagian dari kisah Merry Riana yang katanya menginspirasi banyak orang di Indonesia.

Tugas dari sebuah film biopik adalah untuk mengenalkan sosok yang memiliki pamor lebih dan merangkumnya ke dalam 120 menit atau lebih. Penonton yang hanya mengenal sosok Merry Riana lewat mulut ke mulut tentu menginginkan jawaban dari sebuah pertanyaan ke benak mereka, “Kenapa orang ini bisa sangat terkenal dan inspiratif?”. Pertanyaan besar ini pun sayangnya tidak berusaha dijawab oleh Hestu Saputra lewat film terbarunya. 


Merry Riana : Mimpi Sejuta Dolar tidak menunjukkan seberapa besar perjuangan sosok Merry Riana untuk bertahan hidup di negara tetangga, Singapura. MD Pictures terlihat ingin mengekor kesuksesan Habibie & Ainun yang memiliki cerita cinta yang kental. Merry Riana : Mimpi Sejuta Dolar pun putar balik dari sebuah kisah inspiratif menjadi sebuah kisah romansa pelik antara Merry Riana, Irene, dan Alva dengan setting negara Singapura. Habibie & Ainun memang memiliki sumber tentang kisah cinta mereka berdua. Saat hal itu diterapkan ke film Merry Riana, hal itu terlihat salah.

Kejomplangan porsi antara cinta dan kisah perjalanan Merry Riana pun jadi berbanding terbalik. Kisah inspiratif itu pun akhirnya hanya menjadi landasan cerita yang semakin bertambahnya menit, semakin blur dan tidak bisa berjalan seimbang dengan kisah cintanya. Jelas, Hestu Saputra melenceng jauh dari konsep dasar untuk menjual Merry Riana : Manusia Sejuta Dolar sebagai film kisah inspirasional bagi penontonnya. Pun, diperlemah lewat tidak adanya akurasi setting waktu yang digunakan sebagai penggerak cerita.

Hestu mengaku bahwa Merry Riana : Manusia Sejuta Dolar adalah adaptasi bebas dari kisah inspirasional sosok Merry Riana. Lubang besarnya adalah penempatan kerusuhan tahun 1998 di awal film yang akhirnya membuat film ini terkesan masih minimalisnya kinerja dari Hestu Saputra selaku sutradara. Borok besar itu pun akan semakin menambah beban film ini sehingga tak ada kesan untuk berusaha membuat production value dengan niat. Hanya menjual lansekap indah Singapura yang sangat modern dengan latar setting tahun 1998. 


Well, dengan banyaknya borok itu, Merry Riana pun masih memiliki kekuatan di dalam kisah cinta antara Merry dan Alva. Beruntunglah, kisah cinta yang masih enak diikuti itu pun tak lepas dari usaha dan ikatan kimia kuat antara Chelsea Islan dan Dion Wiyoko yang mampu berlakon apik. Mereka berhasil meyakinkan penonton sebagai sepasang kekasih yang saling melengkapi. Meski dengan editing yang super berlebihan, efek slow motion yang dibuat-buat, musik di setiap transisi adegan yang memekakkan telinga. Dan benar saja, Merry Riana : Mimpi Sejuta Dolar diselamatkan oleh mereka berdua.

Merry Riana : Mimpi Sejuta Dolar memang akan gagal menjawab pertanyaan besar tentang siapa itu Merry Riana, tetapi akan menyentuh penontonnya lewat kisah cinta melodramatik yang kuat lewat chemistry pelakonnya. Merry Riana : Mimpi Sejuta Dolar terkesan tidak adanya usaha keras Hestu Saputra sebagai komando tertinggi di dalam pembuatan filmnya. Dengan kurangnya keakuratan di latar waktunya, minimnya production value yang dibuat secara niat, Merry Riana : Manusia Sejuta Dolar masih kurang berhasil menginspirasi penontonnya.
 

0 Response to "MERRY RIANA : MIMPI SEJUTA DOLAR (2014) REVIEW : Inaccuracy in Inspirational Story"

Posting Komentar