REVIEW: EAT PRAY LOVE




































"You don't need a man. You need a champion."

Eat Pray Love diangkat dari novel best seller berjudul sama karya Elizabeth Gilbert. Saya sendiri sudah membaca novelnya dan meskipun menurut saya novelnya tidak terlalu bagus, akan tetapi tema cerita yang merupakan 'based on a true story' pengarangnya membuat saya tertarik. Apalagi nama Bali memegang peran penting didalam cerita tersebut. Ketika mendengar kabar kalau Eat Pray Love akan difilmkan, tentu saja saya senang. Pemeran utamanya pun adalah nama-nama yang sudah tidak asing lagi seperti Julia Roberts, Javier Bardem, James Franco, dan Billy Crudup. Aktris kawakan asal Indonesia, Christine Hakim juga mendapatkan peran dalam film ini. Begitu juga dengan aktor baru asal Bali, Hadi Subiyanto. Entah karena harapan yang terlampau tinggi atau memang filmnya gagal, menurut saya visualisasi Eat Pray Love bahkan jauh lebih buruk ketimbang novelnya.

Liz Gilbert (Julia Roberts) sudah menikah dengan Stephen (Billy Crudup) dan memiliki kehidupan yang tampak sempurna. Suaminya tampan, tinggal di sebuah rumah yang bagus, karirnya sendiri juga sukses. Namun ada satu hal yang tiba-tiba terbesit di kepala Liz, apa dia bahagia dengan pilihan hidupnya ini? Tiba-tiba tanpa alasan yang jelas Liz memutuskan untuk bercerai dari Stephen, meninggalkan pekerjaannya, serta menjual segala harta benda yang dimilikinya untuk pergi berkeliling selama setahun penuh ke tiga negara, yaitu Italia, India, dan Bali; Indonesia. Tujuannya yaitu agar menemukan apa yang sebenarnya ia cari dalam hidup. Dalam perjalanannya di Italia, Liz sangat menikmati cita rasa makanan disana. Di India, Liz menemukan kekuatan doa dan hal-hal berbau religi. Terakhir di Bali, Liz berusaha menyeimbangkan hidupnya serta menemukan cinta sejatinya.

Tentu saja Liz bukanlah contoh yang patut ditiru, pemikirannya dan keputusan yang diambil mungkin terlihat seru dan menyenangkan, akan tetapi menurut saya terlalu naif. Apalagi karakternya terlihat seperti seorang yang plin plan dan tidak punya pendirian. Saya tidak tahu apakah kisah yang dialami sang pengarang buku betul-betul sama seperti yang tertulis di dalam buku, pastinya ada yang dikurangi dan ditambahkan. Kalau untuk review film ini, terus terang filmnya sendiri membosankan menurut saya. Scene di Italia masih lumayan menghibur, memasuki scene India, oh my God..saya bosan sekali. Rasanya ingin cepat-cepat memasuki scene Bali. Beruntung potret pemandangan Bali terlihat sangat indah, Ubud yang hijau dan rindang pasti membuat masyarakat luar negeri ingin berkunjung. Akting Julia Roberts termasuk baik, namun sepanjang film tidak ada chemistry yang dihasilkan sama sekali dengan lawan mainnya, mulai dari Crudup, Franco, sampai Bardem. Christine Hakim muncul hanya beberapa menit. Porsi lebih banyak didapatkan Hadi Subiyanto yang berperan sebagai Ketut Liyer. Hadi bermain sangat baik, meskipun ini film layar lebar pertamanya. Intinya, Eat Pray Love menurut saya gagal dalam proses eksekusi cerita novel ke layar lebar. Saya hanya menikmati pemandangan Bali dan senyum Hadi Subiyanto disini, ohh..dan tentu saja James Franco!





0 Response to "REVIEW: EAT PRAY LOVE"

Posting Komentar